Selasa, 03 Januari 2012

KABAR DARI BUBAT DAN KAIN JAYABAYA (habis)


“kakang .. “
Mahadewi Sekar Kinanthi menyebut lirih kakaknya yang sudah menghilang 5 purnama. Melihat Mahadewi Sekar kinanthi mulai meneteskan airmata, begawan Candra Wisesa mengangkat tangannya dan kain putih yang terbentang kembali tergulung dan kembali ke tangan begawan candra wisesa.
“Maafkan saya, mahadewi”
“Begawan tidak salah”
“Dengan membeberkan kain ini berarti saya sudah memberikan sebuah bayangan yang belum tentu benar. Indera yang bernama Mata, adalah indra yang sangat tergantung dengan cahaya. Kita tidak bisa melihat tanpa cahaya. Mahadewi tidak usah bersedih karena Pangeran Astaning Jagad adalah pangeran yang sudah tergaris akan membuat banyak sejarah di tanah jawa.”
“Apa maksud begawan?”
“Pangeran Astaning Jagad adalah orang yang akan menunjukkan pada kita sebuah kebijaksanaan. Kita tidak perlu khawatir padanya, karena justru kita yang sedang dia khawatirkan”
Tampak mata Mahadewi menatap pasewakan dengan tajam. Maharani Puspintandaru menundukan kepalanya. Pasewakan ini sekali lagi diliputi oleh keheningan. Tiba-tiba Mahadewi berdiri.
“Maharani, tolong kirim salah satu dari bunga merah untuk berada di pantai pacitan.”
“Untuk apa mahadewi?”
Maharani menjawab dengan sangat cepat. Jawaban yang sangat tidak sangka oleh siapapun di pasewakan hari ini.
“Sejak kapan orang yang duduk di Tahta ditanya perintahnya?”
Maharani Puspitandaru kali ini tidak menundukkan kepalanya. Dia menatap Mahadewi dengan sangat tajam.
“Maharani melawan perintahku?”
“Maafkan saya Mahadewi. Yang berhak memerintah saya hanyalah Maharaja Kaweningan, Mahadewi”
Kali pasewakan berubah menjadi sangat panas. Tiba-tiba saja Maharani menebarkan aura kemarahan yang sangat panas. Para begawan mengambil nafas dalam-dalam. Mahadewi masih menatap tajam Maharani. Kali ini dia tidak bisa lagi mengendalikan emosinya. Mahadewi berdiri.
“Aku tunggu di Pringgitan!”
Mahadewi berjalan keluar dari paseban. Semua orang tahu, Pringgitan adalah sebuah tempat yang sudah menelan banyak nyawa. Disanalah dua orang ksatria akan bertempur sampai salah satu kehilangan nyawanya. Maharani tampak tidak terkejut dengan reaksi Dewi Sekar Kinanthi. Maharani berdiri dan menyusul Dewi Sekar Kinanthi. Selendang biru yang sejak tadi melayang-layang di halaman segera menuju maharani. Maharani mengacungkan tangan kirinya dan sekejap Maharani sudah melayang bersama selendang biru yang dikenal orang sebagai Selendang Susuh Angin. Para ksatria dan begawan bergegas menyusul keduanya. Semuanya tampak khawatir, demikian juga para begawan. Pertempuran Mahadewi dan Maharani adalah pertempuran yang akan membawa sebuah akibat yang dahsyat. Semua orang tahu keduanya adalah ksatria murid dewan begawan.
Dalam etika negeri selatan, seorang begawan hanya mempunyai seorang murid dan harus diumumkan ke seluruh negeri dan diketahui oleh raja. Negeri ini telah belajar dari negeri-negeri di pulau jawa yang sudah berlumuran darah karena tidak bijaknya sang guru saat mengajar banyak murid. Dewan begawan adalah begawan-begawan dengan ilmu tertinggi sehingga murid-muridnya adalah murid yang mewarisi ilmu tertinggi. Maharani adalah murid begawan Tirto Geni sedangkan Mahadewi adalah murid begawan Puspa Ratri. Dua begawan yang sangat disegani, Tirto Geni adalah Begawan Alam, kekuatan inti ilmunya adalah kekuatan alam, angin, air, api dan semua unsur alam lainnya. Pusparatri adalah begawan Hati, Inti ilmunya adalah kebijaksanaan. kebijaksanaan adalah kunci pembuka bagi semua kekuatan, siapapun yang ingin mengendalikan semua kekuatan haruslah mempunyai kunci kebijaksanaan. Dan sebentar lagi akan ada benturan dua ilmu yang sangat dahsyat. (bersambung ke chapter berikutnya)

1 komentar:

  1. tirto geni itu kayak the legend of aang :D wah makin seru nih, nanti tirto geni punya banyak porsi ga di cerita selanjutnya?

    BalasHapus